Sabtu, 02 Februari 2013

Mengenang 10 tahun SDIT Al Uswah Surabaya


Dilatar belakangi keprihatinan terhadap perkembangan sekolah-sekolah yang masih belum memenuhi harapan orang tua dan masyarakat pada umumnya, tahun ajar 2002-2003 SDIT Al Uswah berdiri. Para pengurus dan pembina yayasan saat itu, memiliki keinginan kuat menghadirkan lembaga pendidikan yang mampu mendidik sisiwa-siswanya menjadi cerdas dalam berfikir, juga dalam  perilaku, tutur katanya, taat beribadah, siap dan mampu berkiprah di era kehidupan mereka kelak. Yaitu kehidupan yang kompleks dan penuh tantangan di masa yang akan datang.          
Solusi bagi pemasalahan dan harapan tersebut, maka berdirilah SDIT Al Uswah dengan segala keterbatasan sarana prasarana, namun tidak dalam keinginan, cita-cita, serta semangat para pembina dan pengurus saat itu. Dengan jumlah siswa diawal berdiri hanya 10 hingga kini mencapai hampir 478 di tahun 2012, menunjukkan angka yang cukup signifikan terhadap tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan ini.
Ruang belajar tanpa meja kursi yang memadai, tidak menyurutkan semangat pengurus yayasan, kepala sekolah, juga guru dalam menjalankan pembelajaran. Cita-cita mereka saat itu sangatlah besar untuk membangun dan mengembangkan sekolah yang memiliki prestasi dan mampu memenuhi harapan masyarakat dan orang tua. Sekolah tanpa laboratorium, perpustakaan, dan kondisi media pembelajaran sekadarnya, tidak menjadi halangan bagi guru untuk mengajar dengan baik. Justru keterbatasan-keterbatasan itu menghadirkan ide-ide kreatif serta langkah yang semakin mantap untuk membuat pembelajaran di kelas menjadi tidak biasa, namun luar  biasa.
Memang SDIT Al Uswah tidak ingin menjadi sekolah biasa. Pada tahun-tahun ajaran selanjutnya, para guru menyusun program-program yang membuat masyarakat semakin melirik dan yakin, bahwa sekolah ini memang salah satu pilihan yang baik bagi putra-putrinya. Bahkan beberapa program dan kegiatan siswa yang menarik dan unik, tanpa meninggalkan esensi pendidikan, beberapa kali dibidik wartawan dan tayang di beberapa media massa. Itulah kiat-kiat para guru agar sekolah ini dikenal dan dikenang masyarakat tanpa harus mengeluarkan dana besar melalui iklan-iklan di media. Saat itu para pendidik berkeyakinan bahwa, dengan memiliki program pembelajaran yang berkualitas dan kreatif, akan membuat siswa merasa senang dan nyaman belajar  di sekolah. Jika siswa merasa nyaman dan senang, maka materi pembelajaran pun akan terserap dengan baik. Bahwa pada akhirnya beberapa media tertarik meliput proses pembelajaran SDIT Al Uswah, prestasi-prestasi yang telah terukir, baik dari sisi akedemis maupun non akademis, itu adalah “bonus” dari Allah SWT, atas kegigihan para guru dalam menghantarkan para siswanya menjadi insan yang unggul.
                Seiring berjalannya waktu, SDIT Al Uswah semakin memperkokoh sistem pendidikannya. Nilai-nilai Islami semakin terintegrasi dengan baik dalam proses pembelajaran, tanpa mengabaikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik anak.  Bakat-bakat dan minat siswa terakomodir dalam program ekstrakurikuler,  juga dikompetisikan di lingkungan internal sekolah dan lomba-lomba antar  sekolah. Dengan demikian, siswa sudah dilatih sejak dini untuk memiliki rasa kompetisi berprestasi yang sesuai dengan bakat minatnya, dan diharapkan bermanfaat bagi mereka kelak.
                Membangun sistem pendidikan yang unggul bukannya tanpa aral yang melintang. Tantangan-tantangan selalu ada, baik dari sistem maupun sumber daya manusianya. Terus berusaha menjadi yang terbaik dan terus belajar dan bekerja keras adalah semangat yang dihembuskan pada para guru khususnya. Mereka adalah ujung tombaknya. Karena semangat mereka untuk belajar menjadi guru yang baik, bagaikan “virus” yang akan menular pada para siswanya. Menjadi sekolah terbaik nilai UN-nya selama empat kali meluluskan siswa, adalah salah satu contoh bahwa “virus” tersebut telah menular.    
                Kini SDIT Al Uswah telah memasuki usia 10 tahun.  Mempertahankan prestasi memang tidak semudah saat mengukirnya. Namun dengan motivasi dan keyakinan kuat, lembaga pendidikan ini akan semakin baik dan semakin dipercaya masyarakat. Insya Allah prestasi akan tetap bisa dimiliki SDIT Al Uswah, dengan tidak meninggalkan nilai-nilai spiritual dalam pembelajarannya. Harapannya, jika seluruh guru dan karyawan SDIT Al Uswah tetap memiliki semangat tinggi untuk terus berbenah, maka SDIT Al Uswah tetap akan menjadi bagian dari pendidikan bangsa ini yang memenuhi tujuan-tujuan pendidikan nasional. Motivasi yang telah ada ini diharapkan terus dijaga. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga niat baik ini.              .

Senin, 06 Juni 2011

Bangun Karakter, Iringi dengan Ketertiban Wudhu dan Sholat Anak

(rikamumtaz)
Pernahkah kita memperhatikan dengan cermat gerakan wudhu anak-anak? Sudah tertib dan rapikah gerakannya? Sudahkah kita memperhatikan dengan seksama gerakan sholat anak-anak? Tertib dan rapikah gerakannya? Perhatikan pula akhlak anak-anak, sudah menuju akhlak islamikah mereka? Sebagai orang tua dan guru, sudahkah Anda membimbing anak-anak atau siswa-siswa agar melakukan wudhu dan sholat dengan benar? Beragam pertanyaan bisa saja hadir di benak para orang tua berkaitan dengan perilaku wudhu dan sholat anak-anak sehari-hari. Berwudhu bukan saja membasuh hingga basah bagian-bagian dari tubuh. Tapi ada adab atau perilaku dalam kegiatan bersuci ini. Begitu pula dengan sholat. Perilaku dan gerakan-gerakan sholat juga mencerminkan kepatuhan pada Allah SWT, melatih kesabaran, menghadirkan ketenangan bagi jiwa, dan berguna bagi kesehatan bila dilakukan dengan tepat.
Wudhu adalah sebuah sunnah (petunjuk) yang berhukum wajib, ketika seseorang mau mendirikan sholat. Berwudhu dengan benar ini perlu mendapatkan perhatian penting bagi orang tua dan guru. Berwudhu bukan sekadar membasuh dan mengusap anggota badan, tapi berwudhu  mengandung hikmah yang amat dalam. Diantara hikmah wudhu adalah seseorang dibimbing agar ia memulai aktifitas ibadah dan kehidupannya dengan kesucian dan keindahan. Sebab wudhu itu sebenarnya bermakna keindahan, dan kesucian.
Membangun kepribadian anak dengan mengajarkan ketertiban berwudunya adalah salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh para orang tua dan pendidik. Mengambil hikmah dari setiap gerakan wudhu akan memberikan pemahaman yang sangat berarti bagi siswa mengapa mereka harus melakukan itu dengan baik. Bila wudhu dilakukan dengan benar dan ikhlas karena Allah semata, tidak hanya air yang membasuh tangan dan wajah, namun terbasuh pula dosa-dosa yang telah dilakukan. Membasuh sebagian kepala akan memberikan kesegaran fisik yaitu memberikan kesegaran bagi kepala itu sendiri. Namun di kepala terdapat akal manusia. Akal yang menjadikan manusia dapat membedakan baik dan buruk, mana yang bermanfaat, mana pula yang tidak. Nilai-nilai yang mengiringi kegiatan berwudhu inilah yang akan membangun kepribadian anak. Tidak sekadar membasuh fisik, namun lebih bermakna lagi yaitu membasuh hati.
      Betapa pentingnya menjaga ketertiban berwudhu juga sholat, hingga Rasulullah SAW pernah mengingatkan langsung seorang pria tentang sholat yang baru saja dilakukannya. Ketika itu Rasulullah SAW berada di dalam Masjid Nabawi, Madinah. Selepas menunaikan shalat, beliau menghadap para sahabat untuk bersilaturahmi dan memberikan tausiyah. Tiba-tiba, masuklah seorang pria ke dalam masjid. Dia melaksanakan shalat dengan cepat. Setelah selesai, ia segera menghadap Rasulullah SAW dan mengucapkan salam. Rasul berkata pada pria itu, "Sahabatku, engkau tadi belum shalat!" Betapa kagetnya orang itu mendengar perkataan Rasulullah SAW. Ia pun kembali ke tempat shalat dan mengulangi shalatnya. Seperti sebelumnya, ia pun melaksanakan shalat dengan sangat cepat. Rasulullah SAW tersenyum melihat cara lelaki itu shalat. Setelah melaksanakan shalat untuk kedua kalinya, ia kembali mendatangi Rasulullah SAW. Sambil mendekat, Rasulullah SAW berkata pada pria itu, "Sahabatku, tolong ulangi lagi shalatmu! Aku lihat, engkau tadi belum shalat dengan benar." Lagi-lagi lelaki itu kaget. Ia merasa telah melaksanakan shalat sesuai aturan. Meskipun demikian, dengan senang hati ia menuruti perintah Rasulullah SAW. Namun ia masih melakukan shalat dengan cara dan gaya shalat yang sama.  
Masih dengan tersenyum dan penuh kesabaran, Rasulullah SAW meminta lelaki itu mengulangi lagi shalatnya. Lelaki itu menjadi bingung. Ia berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melaksanakan shalat dengan lebih baik lagi. Rasulullah, ajarilah aku!  
“Sahabatku,"kata Rasulullah SAW, "jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah Al-Fatihah dan surat dalam Alquran yang engkau pandang paling mudah. Lalu, rukuklah dengan tenang (thuma'ninah), lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak. Selepas itu, sujudlah dengan tenang, kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang. Lakukanlah seperti itu pada setiap shalatmu."
(Kisah dari Mahmud bin Rabi' Al Anshari dan diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahih).
 Apa yang bisa dipetik dari kisah ini? Ini adalah gambaran bahwa shalat tidak cukup benar gerakannya. juga harus dilakukan dengan tumaninah, tenang, tidak terkesan terburu-buru, dan khusyuk. Bila para orang tua dan guru mengajarkan tumaninah dalam sholat misalnya, sesungguhnya mereka telah mengajarkan sikap sabar pada anak-anak. Saat anak dilatih bersujud dengan gerakan yang benar sesungguhnya itu adalah sikap ketaatan yang mutlak pada Allah. Tiada lain yang disembah selain Allah SWT. Semua yang mereka (anak-anak) kerjakan baik di sekolah maupun di rumah adalah karena Allah semata. Bukan karena ingin mendapatkan nilai atau pujian dari guru. Bukan juga karena ingin mendapatkan rangking atau peringkat terbaik. Itu sesungguhnya yang perlu disampaikan pada siswa bahwa sholat tidak cukup gugur kewajiban saja, atau karena diminta oleh guru dan orang tua, namun di balik itu semua, melakukan sholat dengan benar dan tertib akan membangun kepribadian anak-anak.   
Berwudhu dan sholat dengan benar adalah anugrah terindah dari Allah SWT untuk membangun kepribadian anak-anak. Mudah dilakukan namun membutuhkan kesabaran juga keikhlasan dari para orang tua dan guru. (Rika)

Jumat, 03 Juni 2011

Bukan Sekolah Tong Kosong

“Jika Anda berencana untuk satu tahun, tanamlah biji-bijian. Jika Anda berencana sepuluh tahun, tanamlah pepohonan. Jika Anda berencana untuk seribu tahun, tanamlah manusia.”
( pepatah Cina )

Pandangan Mutu

            Bangsa kita sangat menaruh perhatian sangat besar  pada dunia pendidikan. Dari dunia pendidikan inilah diharapkan masa depan bangsa ini dibangun dengan landasan yang kokoh dan kuat. Landasan yang bertumpu pada moral agama, pengoptimalan potensi anak, profesionalitas sekolah, jaminan kualitas sekolah. Hal ini mampu menelurkan manusia – manusia luar biasa yang akan dapat mengubah bangsa ini menjadi lebih maju dan bersaing dengan bangsa lain ( Sulhan ,2006 )
            Setiap orang tua,  bahkan semua orang tua, masyarakat, kita sebut saja kostumer, tidak perlu resah atau ragu bila sekolah-sekolah yang dipilih oleh mereka untuk pendidikan anaknya adalah sekolah yang betul-betul dijamin kemutuannya atau kualitasnya. Bahwa program-program yang ditawarkan lewat brosur-brosur, promosi-promosi, bukanlah  kamuflase semata untuk menarik perhatian orang tua atau kostumer. Hal ini membuat mutu menjadi satu-satunya hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
            Harus diakui, sebagian sistem pendidikan memang bermasalah mulai dari SD, SLTP, SMU. Lulusan SMU atau perguruan tinggi tidak siap memenuhi kebutuhan masyarakat. Mereka tidak dicetak untuk menjadi manusia produktif. Akhirnya, menjadi beban masyarakat. Para siswa itu adalah produk sistem pendidikan yang tidak terfokus pada mutu.
            DR. M.Juran dalam Arcaro ( 2006:9 ) berpandangan tentang mutu :
            · meraih mutu merupakan proses yang tidak kenal lelah
            · perbaikan mutu merupakan proses yang berkesinambungan, bukan program sekali
            · mutu memerlukan kepemimpinan unggul
            · pelatihan merupakan prasyarat mutu
            · dipastikan setiap orang di sekolah mendapatkan pelatihan

Sekolah Bermutu

            Sumber daya guru, dewan sekolah, administrator, staf, siswa, dan komunitas, berdedikasi bersama terhadap mutu. Bisa diawali dengan mengembangkan visi dan misi yang disepakati dan dipahami maknanya oleh semua yang terkait. Visi mutu difokuskan  pada pemenuhan kebutuhan kostumer , akan mendorong keterlibatan total komunitas sekitar dalam program-program sekolah. Mengembangkan sistem pengukuran atau nilai, akan menjadi nilai tambah. Perbaikan berkelanjutan dengan selalu berupaya keras, membuat produk pendidikan menjadi lebih baik.
            Fokus pada kostumer. Orang tua , yang di dalamnya termasuk anak, adalah komponen yang tidak bisa kita abaikan. Mereka adalah bagian yang akan memetik manfaat dari sekolah mutu. Layanan yang berkualitas dan profesional adalah wujud yang dibutuhkan oleh mereka. Sekolah bertanggung jawab pula bekerja sama dengan orang tua untuk mengoptimalkan potensi siswa agar mendapatkan manfaat dari proses belajar di sekolah. Program-program dirancang untuk melibatkan pula orang tua dalam memahami bagaimana perannya dalam memperbaiki pendidikan anak dengan berpartisipasi dalam proses pendidikan tersebut.
            Terlibat total. Setiap infrastruktur terlibat penuh dalam membangun dan mempertahankan sekolah bermutu.. Kualitas sekolah tidak hanya ada di tangan para guru, namun yang lebih utama adalah tanggung jawab semua pihak terkait. Semua orang berkontribusi dalam membangun mutu. Kegiatan atau program-program sekolah yang demikian indah tidak akan bermakna dan berhasil bila staff, administrator, komite atau dewan sekolah, orang tua, komunitas, pemerintahan wilayah, tidak bekerja sama dengan baik.
            Penilaian / pengukuran / evaluasi. Keberhasilan sekolah tidak dapat diukur semata-mata dari hasil ujian siswa semata. Bila hasil ujian akhir siswa baik, makan dapat dipastikan sekolah itu baik. Itu pandangan tradisional atau masa lalu. Perangkat sekolah dan yang terkait di dalamnya, perlu keahlian dalam mengolah data-data, menganalisis proses dan program sekolah, sehingga mutu sekolah dapat diukur. Jadi kualitas sekolah tidak melulu dilihat dari nilai siswa, juga aspek-aspek lain seperti jaminan kualitas ruhani siswa, pembangunan karakter siswa,             kurikulum, seberapa besar kontribusi pihak lain dalam pengembangan sekolah, serta hal lain yang semuanya perlu diukur dan dievaluasi.
            Komitmen dan konsistensi. Pihak sekolah dan dewan / komite diharuskan mempunyai komitmen tinggi dalam perbaikan mutu. Bila tidak, proses menuju mutu akan gagal. Manajemen dan setiap orang perlu memiliki komitmen untuk mendukung terus proses mutu. Komitmen harus diiringi dengan konsistensi. Kita hanya bisa konsisten dan bertahan di puncak bila memiliki energi jiwa yang dahsyat ( Matta,  2006 ). Energi yang luar biasa itu akan mampu memikul beban dan tanggung jawab sebesar apa pun. Pihak sekolah  tidak perlu ragu untuk tetap komitmen dan konsisten terhadap proses mutu.
            Perbaikan berkesinambungan. Para profesional pendidikan harus memiliki perasaan tidak puas terhadap program-program yang sudah ada. Hal ini akan mendorong mereka untuk terus melakukan perbaikan-perbaikan pada proses menuju kesempurnaan. Pihak-pihak terkait dalam proses mutu ini  harus terus-menerus memperbaiki proses yang telah dikembangkan dan membuat perbaikan yang sekiranya diperlukan.
Kesempurnaan itu relatif, maka satu-satunya yang dapat dilakukan adalah mendekati ukuran kesempurnaan terus-menerus. Juga dalam menjaga mutu sekolah hingga dapat menjadi sekolah yang unggul. Yang tak kalah pentingnya adalah pihak sekolah, orang tua, maupun dewan / komite, jangan berhenti untuk terus melakukan perbaikan mutu, bila ternyata jaminan mutu itu telah diraih. Karena orang-orang yang puas dengan prestasi atau kesuksesannya, biasanya akan berhenti berprestasi setelah itu. Hal ini juga akan mematikaan kreatifitas dan produktifitas para profesional pendidikan untuk meraih sukses berikutnya.
           
Bukan Tong Kosong Semata
Sekolah unggul atau bermutu merupakan produk dari orang-orang yang mau bekerja keras. Komitmen tinggi dan istiqomah terhadap komitmen itu merupakan syarat mutlak untuk produk unggul. Dedikasi tinggi terhadap kepemimpinan, keikhlasan dalam menjalankan amanah, akan membuahkan hasil yang tidak perlu diragukan lagi.
            Transformasi mutu sekolah hendaknya dilakukan secara alami, tanpa perlu dipaksakan. Kalau ada pihak-pihak yang merasa terpaksa, bisa dikatakan pihak tersebut diragukan kualitasnya. Orang yang berkualitas atau profesional pendidikan yang berkualitas, tidak akan merasa dipaksa untuk melakukan sesuatu ke arah perbaikan.
            Menelurkan siswa yang unggul atau produk sekolah bermutu adalah sebuah usaha yang membutuhkan kerjasama dari semua pihak. Bila hal ini dilakukan oleh satu-dua pihak saja , maka akan seperti tong yang berbunyi nyaring karena isinya kosong. Hal itu akan memekakkan telinga dan sia-sia. Orang tua, semua SDM sekolah, komunitas, masyarakat, dewan / komite , perlu menyatukan visi misi bersama. Keyakinan dan nilai-nilai, visi misi, objektifitas, norma-norma, adalah pondasi penting yang mendasari bangunan sekolah bermutu. Ini adalah kekuatan dalam transformasi mutu tersebut.
            Menuju mutu, bukannya tanpa rasa sakit. Aral rintangan, ketidakpercayaan , kritik pedas, adalah bagian dari proses menuju mutu. Kesiapan mental para profesional pendidikan menjadi bagian utama pula dalam sebuah agenda besar ini. Namun semua itu , Insya Allah, akan berhasil dengan bekal keyakinan bahwa semua ini adalah sebuah bentuk layanan yang tidak akan pernah sia-sia sampai akhir hayat.

PUISI ANAK

            Kunang-Kunang     (rikamumtaz)

Bola lampu mungil menyerupai morse
Sekawanan datang melengkapi cahayanya
Menerangi bagai bintang-bintang
Sinyal cahaya kunang-kunang
Mengirim sejuta pesan bermakna
Sebuah keajaiban menghiasi dunia

Pergilah ke kegelapan
Kau akan lebih menikmatinya
Mengerjap-ngerjap bagai permata
Menghadirkan pertunjukan Sang Kuasa

Kunang-kunang bergegas terbang
Jangan dulu, aku belum selesai
Menikmati dalam kegelapan malam
Hadir di sini dalam kelam
Tak bosan menikmati cahaya dalam temaram

Berpendar-pendar menerpa wajah
Ia sengaja dicipta untuk mensyukuri karunia-Nya
Karya seni luar biasa
Tiada tara

PUISI ANAK

Malam Bertabur Bintang

Temaram cahaya bintang
Menerobos kegelapan malam
Menyembul purnama dari peraduannya
Menemani pancarkan warna keemasan

Malam boleh hitam pekat
Tapi langit berhias kemerlap sinar bintang
Dari kaki cakrawala sampai ke zenit
Sampai batas terlemah
Yang masih mampu terekam mata

Bila musim kering hadir
April hingga September
Kecerahan langit semakin nyata
Ditimpa oleh keindahan selendang Milky Way
Bertaburkan miliaran bintang
Melilit langit dari utara ke selatan
Merangkul rasi Waluku
Menebar gugusan Bima Sakti
Menghadirkan singgasana rasi Gubug Penceng

Malam kian kelam
Langit tak lelah menabur bintang

PUISI ANAK

                             Hutan Apo Kayan           (rika mumtaz)

Aku tak sedang berkhayal
Asyik menikmati hamparan menggoda
Permadani alam tak terbatas sekat
Permainan warna-warni memancarkan cahaya
Pujian terucap, indah

Apo Kayan tampak cantik menghias tanah Kalimantan
Hamparan hijau hutan hujan tropis
Menggurat-gurat menari
Sungai besar berair jernih jadi hiasannya
Menyediakan janji kehidupan nyata
Bagi leluhur di sana

Apo Dayan berdamai dengan mereka
Mewarisi perlindungan pada Apo Dayan
Generasi penerus menjaganya
Bersahabat dengan alam
Telah mendarah daging sepanjang masa

Apo Dayan menggeliat menarik minat siapa saja
Serasa tak ingin menjauhinya, kesegarannya
Terpukau oleh keindahannya, rerimbunannya
Hutan yang harus dijaga oleh mereka, juga kita




PUISI ANAK

Pahlawan Masa Kini

Banyak pahlawan di masa sekarang ini
Tak perlu memanggul senjata
Tak perlu menghunus bambu runcing
Tak perlu berdarah-darah

Mengisi kemerdekaan ini
Semua dituntut jadi pahlawan
Karena pahlawan adalah orang yang berani
Orang yang rela berkorban
Orang yang gigih dalam kehidupan
Perkasa, satria, jujur
Berusaha sekuat tenaga jadi orang baik
Itu pahlawan yang terbaik

Tidak hanya 10 November digaungkannya
Juga tidak perlu meregang nyawa
Sifat kepahlawanan ada dalam jiwa
Untuk diri sendiri, keluarga, dan bangsa